Model pembelajaran yang sangat umum dan diterima secara luas di kalangan pendidikan adalah model pembelajaran yang diusulkan oleh Joyce dan Weil. Menurut Joyce dan Weil (1996) ada empat model utama pembelajaran, yang masing-masing memiliki turunan dari model lain. Keempat model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Model Pengolahan Informasi
Model pembelajaran ini terdiri dari sejumlah model pembelajaran turunan yang secara khusus memiliki karakteristiknya masing-masing, namun berada dalam keluarga model pengolahan informasi. Titik awal dari konsep dasar model ini didasarkan pada prinsip-prinsip pemrosesan informasi oleh manusia dengan memperkuat dorongan internal untuk memahami dunia dengan menggali dan mengatur data, merasakan adanya masalah dan mengejar solusi dan mengembangkan bahasa untuk mengekspresikannya. Hal yang sangat penting menurut model ini adalah membentuk peserta didik agar memiliki kemampuan mengolah dan mengolah informasi dengan baik untuk mempercepat keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang optimal. Kunci keberhasilan dalam belajar sesuai dengan pandangan model ini adalah kemampuan mengolah informasi. Oleh karena itu, model ini disebut model pemrosesan informasi. Dalam model ini, guru diharapkan dapat meningkat
kemampuan siswa dalam mengolah informasi dengan cepat dan tepat, dengan menciptakan situasi dan kondisi lingkungan sehingga mahasiswa memiliki kemampuan untuk:
1) Menangkap stimulus dari lingkungannya
2) Merumuskan masalah dari informasi yang diperolehnya di lingkungannya
3) Memecahkan masalah berdasarkan hasil pengolahan informasi yang mereka dapatkan, baik secara lisan maupun non-verbal.
Jika model pengolahan informasi ini digunakan dalam proses pembelajaran, maka hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah membentuk kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran.
Dalam keluarga model ini terdapat tujuh macam model pembelajaran sebagai berikut:
1) Model Pencapaian Konsep
2) Model Berpikir Induktif
3) Pelatihan Inkuiri
4) Model Panduan Awal
5) Memorisasi (Hafalan)
6) Mengembangkan Model Intelek
7) Model Penelitian Ilmiah (Scientific Inquiry)
b. Model pribadi
Keluarga model ini berangkat dari pandangan selfhood individu, karena proses pendidikan sebenarnya sengaja dicari yang memungkinkan seseorang untuk memahami dirinya sendiri dengan baik, mampu memikul tanggung jawab untuk pendidikan dan menjadi lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Penggunaan model pembelajaran pribadi ini harus menekankan pada upaya menumbuhkan kemandirian produktif agar manusia menjadi lebih sadar dan bertanggung jawab atas tujuan mereka. Model pembelajaran dalam kelompok ini sangat mementingkan efek pendampingan sistem lingkungan belajar.
Nilai seorang pendidik adalah kemampuannya untuk membentuk kekhasan spesifik dari setiap individu, oleh karena itu yang perlu menjadi perhatian penting bagi guru dalam implementasi model pribadi adalah:
1) Bagaimana setiap individu mengalami proses perkembangan secara wajar
2) Setiap siswa mampu membangun dirinya sendiri (konsep diri)
3) Sering memperhatikan aspek emosional individu dengan asumsi bahwa jika setiap individu memiliki tatanan pribadi internal, itu dapat menghubungkannya baik dengan dirinya sendiri maupun dengan lingkungannya.
Dalam keluarga model pembelajaran pribadi ini, terdapat empat macam model pembelajaran, yaitu:
1) Pengajaran Non Direktif
2) Model Synectics
3) Model Pelatihan Kesadaran
4) Pertemuan Kelas
Kelompok model ini berpandangan bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah sebagai interaksi sosial, pembelajaran tidak akan terjadi tanpa adanya interaksi sosial siswa. Interaksi sosial ini terbentuk baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu, pandangan ini menganggap siswa yang berhasil dalam interaksi sosial adalah mereka yang dapat membentuk masyarakat yang lebih baik. Hal terpenting menurut pandangan model ini adalah hubungan sosial dalam pembelajaran.
Pandangan keluarga model pembelajaran interaksi sosial ini berfokus pada pengembangan kemampuan kooperatif siswa. Setidaknya ada dua asumsi dasar dari model pembelajaran sosial ini, yaitu:
1) Masalah sosial diidentifikasi dan diselesaikan berdasarkan dan melalui perjanjian yang diperoleh di dalam dan dengan menggunakan proses sosial.
2) Proses sosial demokratis perlu dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti luas built-in dan berkesinambungan.
Termasuk dalam keluarga model pembelajaran sosial ini adalah lima macam model pembelajaran sebagai berikut:
1) Investigasi Kelompok
2) Bermain Peran
3) Penyelidikan Yurisprudensial
4) Pelatihan Laboratorium
5) Penelitian Ilmu Sosial
d. Model sistem perilaku
Keluarga model pembelajaran perilaku dalam asumsi mereka mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku (penguatan) yang efektif, sehingga pola perilaku yang diinginkan terbentuk. Model ini sebenarnya memusatkan perhatian pada perilaku yang terlihat (dapat diamati). Sebagai model pembelajaran yang berangkat dari psikologi behavioralistik, model yang menjadi perhatiannya ini adalah sistem lingkungan belajar dengan penguatan perilaku dan perilaku yang diamati (perilaku terbuka) dan metode tugas yang diberikan untuk mengkomunikasikan kesuksesan.
Pada kelompok model pembelajaran sistem perilaku ini, terdapat lima model pembelajaran, yaitu:
1) Pembelajaran Penguasaan
2) Instruksi Langsung
3) Belajar Pengendalian Diri
4) Pelatihan Untuk Pengembangan Keterampilan dan Konsep
5) Pelatihan Asertif.
Karakteristik Model Pembelajaran
Seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya, model pembelajaran dibuat dan disusun dengan tujuan dan sasaran tertentu, untuk mencapai tujuan tertentu juga. Oleh karena itu, sebuah model memiliki karakteristiknya sendiri. Dalam membuat model pembelajaran bagi para ahli, didasarkan pada landasan teori masing-masing. Sebagai model pembelajaran, ada beberapa karakteristik sebagai berikut:
sebuah. Berdasarkan teori pendidikan dan teori pembelajaran dari ahli tertentu. Model ini berguna untuk mengembangkan penalaran sesuai dengan cara ilmiah, misalnya Model Pembelajaran Penelitian Kelompok, yang disusun oleh Herbart Thelen berdasarkan teori John Dewey. Model ini memiliki tujuan khusus dalam desainnya, yaitu untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
a. Memiliki misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya, model pemikiran induktif dirancang untuk mengembangkan kemampuan proses berpikir induktif siswa, yang tidak dapat ditingkatkan secara optimal melalui model lain.
b. Dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.
Misalnya model synectics disusun oleh William Gordon. Model ini dirancang untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pengajaran menulis.
c. Memiliki perangkat bagian model, yaitu:
1) Urutan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran, yaitu tahapan apa yang harus dilakukan secara berurutan oleh guru jika ingin mengimplementasikan model tersebut dalam pembelajaran.
2) Prinsip reaksi, yaitu pola perilaku guru dalam bereaksi terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran. Prinsip ini menggambarkan cara guru memandang dan bereaksi terhadap perilaku siswa.
3) Sistem sosial, yaitu pola interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain pada saat proses pembelajaran. Bentuk pola hubungan ini diambil dari model yang akan digunakan.
4) Support system, yang merupakan hal yang dibutuhkan untuk mendukung implementasi model dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menggunakan model tersebut efektif dan efisien.
d. Ini memiliki dampak pendampingan sebagai akibat dari penerapan model dalam proses pembelajaran. Misalnya, model pemecahan masalah, apakah setelah penerapan model ini dalam pembelajaran akan berdampak pada kemandirian siswa dalam memecahkan masalah di masa depan.